Rudiantara berencana untuk membereskan persoalan hukum di frekuensi 2,3 GHz | demo kontak perkasa futures
Secara obyektif, yang paling baik kondisi keuangannya ya Telkomsel. Yang lain kalau tidak didukung induknya, repot. Di tahun 2006, jelas Telkomsel yang paling berani bid paling mahal. Sementara kalau dari analisis, Indosat belum perlu tambahan. Tapi kalau ada peluang, tentunya Indosat akan ikut juga dong. Dugaan saya, induk perusahaan akan memberikangelontoran dana," lanjutnya.
Sedangkan XL, tentunya juga akan memanfaatkan peluang ini untuk merebut kembali dua kanal yang mereka lepas di 2,1 GHz demi mendapatkan spektrum Axis Telekomunikasi Indonesia di 1.800 MHz lewat aksi merger akuisisi.
"Tapi kalau pemenangnya nanti hanya Telkomsel atau Tri, mereka tidak perlu komitmen lagi karena jelas akan dipakai untuk kapasitas," pungkas Ridwan.
"Kalau diurut, yang perlu frekuensi itu Telkomsel, Tri, XL, baru Indosat. Kalau Telkomsel hanya bid satu blok, maka Tri pantas yang kedua karena paling kesulitan frekuensi. Tri pertumbuhannya relatif cepat setelah Telkomsel, terutama pelanggan data," papar Ridwan.
Tri sendiri saat ini hanya menguasai lebar spektrum 20 MHz, dimana 10 MHz di frekuensi 1.800 MHz dan 10 MHz lagi di 2,1 GHz. Sementara ketiga operator lainnya menguasai spektrum 900 MHz, 1.800 MHz, dan 2,1 GHz dengan lebar pita 40 MHz lebih.
Begitu Permen diteken dan kemudian spektrum frekuensi mulai dibuka untuk dilelang dari keempat operator itu, menurut Ridwan, semua memiliki peluang yang sama karena faktornya ditentukan oleh penawaran tertinggi.
Tapi karena di 2,1 GHz cuma ada dua blok kanal yang tersedia, kemungkinan yang akan menang hanya satu atau dua operator saja. Sehingga yang menjadi faktor utama menjadi pemenang, urgensi mendapat tambahan frekuensi serta dukungan finansial.
Sebelumnya, Rudiantara berencana untuk membereskan persoalan hukum di frekuensi 2,3 GHz terlebih dahulu agar di kemudian hari tidak ada tuntutan atas frekuensi tersebut.
"Jadi sekali diambil putusan tak ada lagi masalah di lain waktu. Kita tetap optimistis pada Januari 2018 proses refarming dari dua spektrum itu kelar begitu tender selesai," kata Rudiantara.
Operator yang dimaksud adalah Telkomsel, Indosat Ooredoo, XL Axiata, dan Hutchison 3 Indonesia. Keempatnya berpeluang segera memperebutkan sisa kanal frekuensi yang tersedia di spektrum 2,1 GHz dan 2,3 GHz untuk tambahan amunisi jaringan 3G dan 4G mereka.
Peluang itu pun terbuka sejak Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara memastikan akan menerbitkan Peraturan Menteri (Permen) untuk tender kedua frekuensi tersebut pada Mei 2017.
Saran itu disampaikan Sekjen Pusat Kajian Kebijakan dan Regulasi Telekomunikasi ITB, Muhammad Ridwan Effendi, Jumat (28/4/2017). Saran itubdisampaikannya berdasarkan pengamatan dan pengalamannya dua periode menjabat anggota Badan Regulasi Telekomunikasi Indonesia (BRTI).
"Ada baiknya lelang dilakukan terpisah antara 2,1 GHz dan 2,3 GHz, sehingga untuk blok yang tidak mempunyai masalah hukum lelangnya didahulukan, sementara blok 2,3 GHz boleh ditunda. Toh, peserta lelang sudah jelas hanya empat operator," ujarnya melalui keterangan tertulis, Jumat.m
Pemerintah disarankan untuk melelang kanal frekuensi di 2,1 GHz terlebih dahulu ketimbang rencana tender frekuensi molor dari rencana. Saat ini, berlarut-larutnya rencana lelang frekuensi d8sebabkan masih ada kendala hukum di spektrum 2,3 GHz.
Pemerintah Disarankan Lelang Frekuensi 2,1GHz | demo kontak perkasa futures
Sedangkan XL, tentunya juga akan memanfaatkan peluang ini untuk merebut kembali dua kanal yang mereka lepas di 2,1 GHz demi mendapatkan spektrum Axis Telekomunikasi Indonesia di 1.800 MHz lewat aksi merger akuisisi.
"Tapi kalau pemenangnya nanti hanya Telkomsel atau Tri, mereka tidak perlu komitmen lagi karena jelas akan dipakai untuk capacity," pungkas Ridwan.
"Secara obyektif, yang paling baik kondisi keuangannya ya Telkomsel. Yang lain kalau tidak didukung induknya, repot. Di tahun 2006, jelas Telkomsel yang paling berani bid paling mahal.
"Sementara kalau dari analisis, Indosat belum perlu tambahan. Tapi kalau ada peluang, tentunya Indosat akan ikut juga dong. Dugaan saya, induk perusahaan akan ngasih gelontoran," lanjutnya.
Kalau diurut, yang perlu frekuensi itu Telkomsel, Tri, XL, baru Indosat. Kalau Telkomsel hanya bid satu blok, maka Tri pantas yang kedua karena paling kesulitan frekuensi. Tri pertumbuhannya relatif cepat setelah Telkomsel, terutama pelanggan data," papar Ridwan.
Tri sendiri saat ini hanya menguasai lebar spektrum 20 MHz, dimana 10 MHz di frekuensi 1.800 MHz dan 10 MHz lagi di 2,1 GHz. Sementara ketiga operator lainnya menguasai spektrum 900 MHz, 1.800 MHz, dan 2,1 GHz dengan lebar pita 40 MHz lebih.
Begitu Permen diteken dan kemudian spektrum frekuensi mulai dibuka untuk dilelang dari keempat operator itu, menurut Ridwan, semua memiliki peluang yang sama karena faktornya ditentukan oleh penawaran tertinggi.
Tapi karena di 2,1 GHz cuma ada dua blok kanal yang tersedia, kemungkinan yang akan menang hanya satu atau dua operator saja. Sehingga yang menjadi faktor utama menjadi pemenang, urgensi mendapat tambahan frekuensi serta dukungan finansial.
Peluang itu pun terbuka sejak Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara memastikan akan menerbitkan Peraturan Menteri (Permen) untuk tender kedua frekuensi tersebut pada Mei 2017.
"Di 2,3 GHz, karena masih ada isu hukum, ini kita mau bereskan dulu. Kita mau soal hukum itu satu untuk semua. Jadi sekali diambil putusan tak ada lagi masalah di lain waktu. Kita tetap optimistis pada Januari 2018 proses refarming dari dua spektrum itu kelar begitu tender selesai," kata Rudiantara.
"Ada baiknya lelang dilakukan terpisah antara 2,1 GHz dan 2,3 GHz, sehingga untuk blok yang tidak mempunyai masalah hukum lelangnya didahulukan, sementara blok 2,3 GHz boleh ditunda. Toh, peserta lelang sudah jelas hanya empat operator," ujarnya.
Operator yang dimaksud adalah Telkomsel, Indosat Ooredoo, XL Axiata, dan Hutchison 3 Indonesia. Keempatnya berpeluang segera memperebutkan sisa kanal frekuensi yang tersedia di spektrum 2,1 GHz dan 2,3 GHz untuk tambahan amunisi jaringan 3G dan 4G mereka.
Pemerintah disarankan untuk melelang kanal frekuensi di 2,1 GHz terlebih dahulu ketimbang berlarut-larut karena masih terkendala masalah hukum di spektrum 2,3 GHz.
Saran itu disampaikan Sekjen Pusat Kajian Kebijakan dan Regulasi Telekomunikasi ITB, Muhammad Ridwan Effendi, berdasarkan pengamatan dan pengalamannya dua periode menjabat anggota Badan Regulasi Telekomunikasi Indonesia (BRTI).
Lelang 2,1 GHz dan 2,3 GHz Diimbau Lihat Kondisi Operator | demo kontak perkasa futures
Untuk tender 2,1 GHz dan 2,3 Ghz, Mei ini akan dikeluarkan Peraturan Menteri (Permen) untuk tender kedua frekuensi itu," papar menteri yang akrab disapa Chief RA ini belum lama ini dalam sebuah kesempatan di Jakarta.
Menkominfo selalu mengatakan bahwa lelang frekuensi 2,1 GHz dan 2,3 GHz ini untuk memenuhi operator yang membutuhkan kapasitas tambahan di kota-kota besar, seperti Jakarta, Bandung, Semarang, Yogyakarta, dan Surabaya.
Mengetahui persyaratan itu, Danny mengharapkan pemerintah melakukan lelang dengan memperhatikan operator yang memenuhi syarat. "Kita harap pemerintah tak hanya melihat penawaran harga tertinggi saja, tetapi kebutuhan operator yang memenuhi syarat," ucap Danny.
Bila Tri menang, Danny mengatakan akan melakukan ekspansi layanan di kota-kota besar, bukan membuka layanan di tempat baru. "Pastinya kita ekspansi di daerah yang membutuhkan kapasitas, yang sudah padat. Kita takkan buka di tempat baru, kalau seperti itu kita pakai spektrum yang ada saja," jelasnya.
Diberitakan sebelumnya, Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Rudiantara akan menerbitkan Peraturan Menteri (Permen) pada bulan Mei ini. Aturan itu akan jadi payung untuk menentukan lelang, kemudian selanjutnya dilakukan refarming (penataang ulang blok frekuensi).
Sementara ada tiga blok yang direncanakan dilelang, yaitu dua blok di 2,1 GHz dengan masing-masing selebar 5 MHz dan satu blok di 2,3 GHz dengan lebar 15 MHz. Sejatinya di 2,3 GHz ada 30 MHz yang kosong, tetapi pemerintah hanya melelang 15 MHz.
Maka dari itu, dikatakan Danny, pemerintah dalam melakukan lelang frekuensi disarankan tak hanya melihat dari penawaran dengan harga tertinggi saja. Melainkan melihat kebutuhan operator yang membutuhkan kapasitas untuk menggelar 3G dan 4G lewat spektrum tambahan.
Tentu kita akan ikut lelang di 2,1 GHz dan juga 2,3 GHz tapi kita prioritaskan yang di 2,1 GHz," kata Danny ketika dihubungi detikINET.
Keinginan Tri untuk tambah spektrum, karena operator ini yang lebih 'terjepit' dibanding operator lainnya, karena hanya menguasai lebar spektrum 20 MHz, dimana 10 MHz di frekuensi 1.800 MHz dan 10 MHz lagi di 2,1 GHz. Sementara ketiga operator lainnya menguasai spektrum 900 MHz, 1.800 MHz, dan 2,1 GHz dengan lebar pita 40 MHz lebih.
Hutchison 3 Indonesia mengklaim menjadi operator seluler dengan pengguna data tertinggi kedua di Indonesia. Untuk itu, mereka 'ngebet' mendapatkan spektrum tambahan dengan ikut serta lelang frekuensi 2,1 GHz dan 2,3 GHz.
Wakil Direktur Utama Tri, Muhammad Danny Buldansyah, mengatakan saat ini operator yang dikenal dengan brand Tri punya sekitar 80% dari 60 juta pelanggannya yang merupakan pengguna Data.