Adopsi GrabPay dinilai cukup baik di Indonesia | kerja di pt kontak perkasa
"Masalahnya di proses pencairan dana, saat ini butuh lima hari setelah transaksi. Kami tengah berupaya mempercepatnya menjadi 3 hari atau malah di hari yang sama saat transaksi terjadi," ungkap Jason.
Saat ini Grab hanya bermitra dengan satu bank. Tapi perusahaan ride sharing asal Negeri Jiran itu tengah mengupayakan kerja sama dengan sejumlah pihak agar pencairan dana milik mitra driver lebih cepat lagi.
"Tidak saja bank, tapi mitra lain. Jadi mitra driver bisa mencairkan di mana saja, misalnya mini market," ujar Jason.
Jason tidak tahu sampai kapan strategi ini terus dijalankan. Sebab pihaknya memilih fokus pada meningkatkan jumlah pengguna.
Terkait soal mitra driver yang engan atau menolak jika konsumen membayar menggunakan GrabPay, Jason juga menyadari hal tersebut. Karena itu pihaknya berupaya untuk mengatasi persoalan yang membuat mitra driver enggan menggunakan pembayaran mobile.
Dia mengatakan pihaknya memang saat ini lebih menekankan perluasan pengguna. Caranya dengan memberikan sejumlah bonus agar pelanggan mau mencoba ke sistem pembayaran non tunai milik Grab. Strategi tersebut dinilainya pas untuk kawasan Asia Tenggara khususnya Indonesia.
"Konsumen di sini lebih pintar ketimbang Eropa. Di sana orangnya terima-terima saja. Di Indonesia, jika tidak sesuai harganya cari yang lain," kata Jason.
Adopsi GrabPay dinilai cukup baik di Indonesia. Tapi memang semua itu lantaran bonus potongan harga yang diberikan Grab ke konsumen di Tanah Air.
Demikian diutarakan Jason Thompson, Head of GrabPay, saat berbincang dengan sejumlah media di markas Kudo, Jakarta, Selasa (25/4/2017).
Ambisi GrabPay Kuasai Pembayaran Mobile ASEAN | kerja di pt kontak perkasa
Pihaknya mencatat layanan mobile paymennya mengalami pertumbuhan 85% m-o-m. Selama delapan minggu lalu, jumlah pengguna juga dikatakan naik dua kali lipat.
"Bisnis GrabPay tumbuh pesat dalam 8 - 10 minggu ke depan. Akan makin tumbuh berlipat ganda di akhir tahun ini," tutup Jason.
"Kami kini punya 400 ribu agen yang bergerak di berbagai kota. Belum ada mobile payment yang melakukan ini sebelumnya," klaim dia.
Dengan kekuatan yang ada, Jason pun yakin GrabPay akan tumbuh berkali lipat dalam beberapa bulan ke depan. Ini sudah tercermin dari semenjak layanan ini dihadirkan Desember tahun lalu.
Pria berkacamata itu lantas menyebutkan bahwa setengah dari total pelanggan yang ada sekarang sudah menggunakan layanan GrabPay. Jumlah tersebut dirasa lebih besar ketimbang layanan dompet digital lain yang ada di Asia Tenggara.
Langkah Grab pun kian mantab setelah mengakusisi startup pembayaran online asal Indonesia, Kudo. Mereka jadi lebih bisa mengakses ke banyak wilayah yang sebelumnya tidak terjamah oleh layanan transportasi Grab.
Dijelaskannya, saat ini menduduk ASEAN telah mencapai 620 juta orang. Dari jumlah tersebut 422 juta menjadi konsumen yang potensial. Untuk itu, Grab menghadirkan layanannya di enam negara. Mereka mengerahkan 780 ribu mitra driver yang tersebar di 44 kota.
"Hingga kini, aplikasi Grab sudah sudah diunduh 39 juta kali. Kami menjadi aplikasi transportasi nomor satu di ASEAN," klaim Jason saat ditemui di kantor Kudo, Jakarta, Selasa sore (25/4/2017).
Langkah Grab di layanan pembayaran mobile kian agresif. Layanan GrabPay pun ditargetkan jadi penguasa pasar di Asia Tenggara.
Head of GrabPay Jason Thompson mengaku cukup optimis hal tersebut dapat terwujud. Pasalnya mereka sudah punya 'modal' untuk menjadi nomor wahid di kawasan ini.
Ini yang Membuat Grab Kepincut Kudo | kerja di pt kontak perkasa
"Tim Kudo akan bekerja sama dengan tim pengembangan bisnis Grab untuk mengidentifikasi peluang. Sehingga dapat memperluas bisnis Grab dan GrabPay di pasar Indonesia dengan memanfaatkan kekuatan yang dimiliki Kudo. Mulai dari jaringan agen, platform e-commerce O2O, dan berbagai kemitraan dengan para retailer lokal dan nasional," jelas Ming.
Untuk proses peleburan bisnis sendiri, Ming akan menggabungkan solusi perdagangan yang telah dikembangan Kudo dengan GrabPay dan basis pelanggan aktif Grab. Cara ini diyakininya dapat memberikan akses yang lebih
baik terhadap transaksi non-tunai. Selain menciptakan kesempatan baru untuk menggenjot pembelanjaan online di Indonesia.
Seperti diketahui awal April lalu, Grab resmi mengumumkan bahwa mereka telah mencaplok Kudo. Tidak ada informasi berapa nilai kesepakatan tersebut, sebab kedua belah pihak memilih untuk merahasiakan.
Saat diinterview detikINET beberapa waktu lalu, President Grab Ming Maa mengatakan dengan akusisi ini mereka ingin sama-sama menciptakan solusi pembayaran bagi masyarakat yang belum memiliki akses terhadap layanan perbankan. Sehingga mereka dapat pula menikmati layanan e-commerce.
Dengan mengakusisi Kudo, Grab bakal mendapat kepercayaan lebih besar. Kendati demikian Grab harus menjelaskan proses akusisi pada orang-orang yang di komunitas. Sebab secara tidak langsung mereka menjadi bagian dalam akusisi tersebut.
"Mereka jadi yang pertama diberitahukan ketimbang dapat dari sumber lain. Ini guna membangun kepercayaan," ujar Jason.
Pertama, Kudo membuka jalan untuk Grab masuk ke dunia offline. Perusahaan ride sharing asal Malaysia itu merasa cukup sulit masuk ke ranah tersebut.
"Tanpa adanya orang di komunitas akan sulit masuk ke offline. Kudo memberikan keuntungan yang besar bagi kami. Dari awalnya nol orang, kini kami ada 400 ribu orang di komunitas. ," kata Jason di Kantor Kudo, Jakarta, Selasa sore (25/4/2017).
Lantaran punya visi yang sama, Grab mengakusisi startup pembayaran online asal Indonesia, Kudo. Tapi rupanya ada sejumlah alasan lain yang membuat mereka kepincut.
Saat berbincang dengan sejumlah media, Head of GrabPay Jason Thompson membeberkan sejumlah pertimbangan kenapa pihaknya meminang startup besutan Albert Albert Lucius dan Agung Nugroho itu.