LRT Jabodebek sendiri ditargetkan bakal beroperasi pada Mei 2019 | PT Kontak Perkasa Futures
Total dana yang dibutuhkan untuk membangun pra sarana hingga sarana adalah Rp 27 triliun, yang terdiri dari Rp 23,3 triliun untuk pra sarana (pembangunan jalur kereta api), dan Rp 4 triliun untuk sarana seperti rolling stock dan kereta.
Pemerintah, dalam hal ini Kementerian Keuangan akan memberikan modal lewat skema penyertaan modal negara (PMN) sebesar Rp 5,6 triliun kepada KAI, ditambah Rp 2 triliun yang telah diberikan pada tahun 2015, dan kepada Adhi Karya sebesar Rp 1,4 triliun. Sementara sisanya, akan dicari melalui pinjaman ke 4 bank, di antaranya Bank Mandiri, BNI, BRI, dan SMI.
Dengan harga tiket yang tak lebih dari Rp 12.000 tersebut, pemerintah kata dia melakukan subsidi. Namun belum diketahui, berapa subsidi yang digelontorkan pada tiap lembar tiketnya.
"Pokoknya tingkat kemampuan masyarakat itu kira-kira Rp 12 ribu, sisanya disubsidi," kata Budi saat ditemui di Kantor Menko Maritim, Jakarta, Rabu (12/4/2017).
LRT Jabodebek sendiri ditargetkan bakal beroperasi pada Mei 2019. Dalam pengerjaannya, Adhi Karya akan bertindak sebagai kontraktor dan investor untuk depo LRT, sementara PT KAI yang akan menjadi investor.
Menteri Perhubungan, Budi Karya Sumadi mengatakan, harga tiket kereta api ringan atau Light Rapid Transportation (LRT) Jabodebek tak akan lebih dari Rp 12.000. Hal ini kata dia setelah memperhitungkan tingkat kemampuan masyarakat dalam membayar.
BNI Incar Keuntungan dari Tiket LRT | PT Kontak Perkasa Futures
Herry menjabarkan skema pembiayaan dari tiga perbankan memang masih dibicarakan hingga saat ini. Kredit sindikasi untuk LRT ini akan dipimpin PT Bank Mandiri Persero Tbk, dengan BNI, dan rencananya PT. Bank Rakyat Indonesia Persero Tbk (BRI) serta PT Sarana Multi Infrastruktur (SMI).
BNI, kata Herry, menyiapkan kredit sebesar Rp2 triliun per tahun selama tiga tahun untuk proyek LRT.
"Belum financial close, kita masih menunggu skemanya, kita harapkan secepatnya," ucapnya, berharap.
Total dana yang dibutuhkan untuk LRT sebesar Rp27 triliun, dengan rincian Rp23 triliun untuk prasarana dan Rp4 triliun untuk sarana LRT Jabodebek ini.
Sisa kebutuhan dana selain dari perbankan, dipenuhi dari Penyertaan Modal Negara (PMN) kepada Adhi Karya dan PT Kereta Api Indonesia (Persero) dengan total Rp9 triliun.
emerintah mengharapkan bunga pinjaman dari perbankan untuk proyek LRT tidak melebihi 7%. Total pembiayaan untuk LRT yang dibutuhkan sebesar Rp27 triliun, dengan sumber pinjaman dari fasilitas kredit perbankan dan lembaga keuangan BUMN sebesar Rp18 triliun.
"Kalau, misalnya, saja dari fee based (pendapatan komisi) bisa 10%, itu bisa feasible," ujar Harry usai jumpa pers paparan kinerja.
Pendapatan komisi tersebut, kata Herry, berasal dari tiket LRT yang menggunakan mekanisme non-tunai, melalui produk kartu debet. Kemudian, BNI juga berharap berkah komisi dari pengelolaan dana milik penumpang.
"Kita punya BNI Tap-Cash. Terus juga pasti ada pembukaan rekening kan, kita bisa mendapat biaya administrasi dari situ," ujar dia.
PT Bank Negara Indonesia (BNI) Persero Tbk mengincar peningkatan keuntungan dari transaksi tiket dan pengelolaan dana penumpang kereta ringan Light Rail Transit (LRT) Jakarta-Bogor-Depok-Bekasi (Jabodebek).
Wakil Direktur Utama BNI Herry Sidharta di Jakarta, Rabu, mengatakan ceruk bisnis transaksi penumpang dari LRT bisa mengkompensasi bunga rendah yang diminta pemerintah ke perbankan.
Adhi Karya Bangun Depo LRT Rp1,4 Triliun | PT Kontak Perkasa Futures
"Bank Mandiri, BNI, BRI dan Sarana Multi Infrastruktur (yang jadi lembaga peminjam)," katanya.
Budi memastikan proyek tersebut akan tetap jalan meski nantinya pendanaan kurang atau bermasalah. Pasalnya, pemerintah telah memberikan penjaminan jika peminjam tidak mampu membayar. Terlebih, sesuai arahan Presiden Jokowi, pemerintah akan tetap mengejar target penyelesaian proyek LRT Jabodebek pada Mei 2019.
"Jadi, kalau-kalau peminjam enggak bisa bayar, itu (proyek) diambil pemerintah. Perpres hanya bilang penjaminan, tapi bentuknya seperti itulah," katanya menambahkan revisi Perpres masih dalam proses.
Budi menargetkan progres LRT Jabodebek bisa mencapai 45 persen hingga akhir 2017 dari saat ini sekitar Rp15 persen. Adapun Adhi Karya saat ini sudah mengeluarkan Rp3 triliun untuk pembangunan.
Direktur Utama Bank Mandiri Kartika Wirjoatmodjo mengatakan pihaknya siap menggelontorkan dana sekitar Rp4 triliun hingga Rp5 triliun untuk mendukung proyek tersebut.
Untuk mendukung proyek LRT Jabodebek, pemerintah mengusulkan PMN untuk KAI sebesar Rp5,6 trilun pada tahun ini. Dengan demikian, dari total investasi yang dibutuhkan sebesar Rp27 triliun, tambahan Rp18 triliun akan didapatkan melalui skema pinjaman dari sejumlah lembaga keuangan.
Budi menjelaskan, untuk proyek LRT Jabodebek, ada dua alternatif pembiayaan, yakni dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) serta investasi.
APBN akan didapatkan melalui skema Penyertaan Modal Negara (PMN). PT KAI (Persero) yang ditunjuk menjadi investor proyek itu telah menerima PMN sebesar Rp2 triliun pada 2015. Sedangkan Adhi Karya yang ditunjuk sebagai kontraktor telah mendapat PMN sebesar Rp1,4 triliun pada 2015.
PT Adhi Karya Tbk (Persero) akan membangun depo kereta ringan (light rail transit/LRT) Jakarta-Bogor-Depok-Bekasi (Jabodebek) senilai Rp1,4 triliun sebagai prasarana dari angkutan transportasi massal itu.
"Kami sudah dapat 1,4 triliun, itu nanti untuk investasi depo," kata Direktur Utama Adhi Karya Budi Harto seusai rapat koordinasi di Kemenko Kemaritiman, Jakarta, seperti dikutip dari Antara, Rabu 12 April 2017.