Kenaikan harga minyak dunia | PT Kontak Perkasa Futures Pusat
Kenaikan produksi minyak Amerika Serikat tersebut berlawanan dengan pemangkasan yang diinisiasi oleh Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak (OPEC). Pembatasan produksi oleh OPEC bertujuan menekan harga melalui pengurangan pasokan sepanjang semester I 2017.
Strategi ini kemungkinan akan terus berlanjut sehingga harga minyak tidak akan mengalami penurunan dalam waktu dekat.
Bank asal Amerika Serikat, Goldman Sachs menyebutkan, berdasarkan data pengeboran minyak tahunan Amerika Serikat, produksi akan naik 215 ribu barel per hari (bph) tahun ini.
Ia bahkan memprediksi harga Brent akan menembus US$ 57,50 pada kuartal kedua tahun ini. Kemungkinan, Schieldrop melanjutkan, harga bisa mencapai US$ 60 per barel selama periode tersebut.
Di sisi lain, ANZ menyatakan, kuatnya permintaan dan pengaruh iklim global yang tidak menentu telah membuat pasar menemukan titik keseimbangan harga minyak. Meski begitu, peningkatan aktivitas pengeboran minyak di Amerika Serikat tidak serta-merta membuat harga minyak menembus US$ 56 per barel.
“Jumlah rig Amerika Serikat terus bertambah dan kenaikan ini sudah mencapai catatan tertinggi dalam dua tahun terakhir,” kata broker minyak dari Freight Services International (FIS) di Dubai, Matt Stanley, seperti dilansir Reuters, Senin (10/4).
Analis dari SEB, Bjarne Schieldrop, mengatakan situasi yang saat ini terjadi di Suriah dianggap sebagai penentu harga minyak di kemudian hari. "Terutama karena persediaan minyak saat ini terus menyusut, dan pasar sudah tidak dibanjiri surplus besar-besaran," katanya seperti dilansir Reuters, Senin (10/4).
Keputusan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menyerang Suriah dengan puluhan peluru kendali, telah memantik kenaikan harga minyak dunia. Harga minyak pun menembus level US4 55 per barel di tengah tingginya permintaan dan ketidakpastian situasi Suriah.
Berdasarkan data Bloomberg, harga kontrak minyak mentah jenis Brent di bursa Nymex, Senin (10/4), mencapai US$ 55,81 per barel atau naik 1,03 persen dibandingkan penutupan perdagangan akhir pekan lalu. Bahkan, jika dihitung sejak Jumat pekan lalu saat AS menghujani Suriah dengan peluru kendalinya, harga minyak sudah naik 1,7 persen. Ini juga merupakan harga minyak tertinggi sejak awal Maret lalu.
Begitu pula dengan harga minyak mentah jenis WTI yang mencapai US$ 52,74 barel atau naik 0,96 persen pada Senin ini. Jika dihitung sejak Jumat pekan lalu, harganya sudah naik 2 persen.
Sebentar Lagi, Harga Minyak Sentuh 60 Dollar AS Per Barrel | PT Kontak Perkasa Futures Pusat
Namun begitu, Croft membeberkan beberapa risiko, termasuk potensi ketegangan baru antara Rusia dengan negara-negara Konsil Kerja Sama Negara-negara Sunni Teluk Arab (GCC). Selain itu, risiko lain adalah apakah serangan AS dapat berpengaruh pada pilpres Iran.
Croft menyatakan, risiko-risiko tersebut bisa mendorong harga minyak menguat lebih tinggi. Dalam waktu dekat, Croft menyebut Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) sebagai faktor kunci yang mengarahkan harga minyak.
Ia meyakini, pertemuan OPEC pada 28 Mei 2017 mendatang akan memberikan dampak langsung terhadap harga minyak.
"Kami melihat pemangkasan (produksi) 1,8 juta barrel per hari oleh OPEC dan non-OPEC. Kami melihat itu akan diperpanjang enam bulan. Jika Anda adalah kepala negara dari negara produsen minyak itu, tidak ada yang Anda takuti kecuali harga (minyak) kembali ke kisaran 30 atau 40 dollar AS," tutur Croft.
Ini adalah hampir 20 persen pergerakan dari level saat ini. Harga minyak mentah dunia melonjak 2 persen sebagai reaksi atas serangan udara AS ke Suriah.
Pada Jumat (7/4/2017) lalu, harga minyak dunia menguat satu persen ke level 52,24 dollar AS per barrel, tertinggi dalam sebulan. Meskipun demikian, harga minyak dunia masih melemah hampir 3 persen sejauh ini pada tahun 2017.
Croft pun mengatakan, tidak ada ancaman gangguan pasokan secara langsung akibat serangan ke Suriah.
Harga minyak mentah dunia diprediksi bakal terus bergerak kencang. Hal ini sejalan dengan serangan misil yang dilancarkan Amerika Serikat ke Suriah, yang menyebabkan harga minyak menyentuh level tertinggi dalam empat pekan.
Mengutip CNBC, Senin (10/4/2017), Kepala Strategi Komoditas pada RBC Capital Markets Helima Croft memprediksi harga minyak dunia akan merangkak setidaknya mencapai 60 dollar AS dalam hitungan bulan.
Harga Minyak Dunia Lebih Tinggi Ditopang Penguatan Permintaan | PT Kontak Perkasa Futures Pusat
Namun catatan positif harga minyak dunia dibayangi peningkatan pengeboran minyak AS yang bisa memberikan tekanan. Hingga 12 pekan mencapai 672 rig, atau menjadi level tertinggi sejak Agsutus pada 2015. Bank Goldman Sachs mengatakan data rilis rig bahwa produksi minyak AS pada tahun-tahun mendatang akan meningkat dan di 2017 mencapai 215,000 barel per hari.
Sementara sebelumnya pada akhir pekan kemarin, harga minyak juga berada dalam tren kenaikan. “Pasar minyak kembali dalam mode bullish (meningkat) dari pekan sebelumnya. Berita (serangan rudal AS ke Suriah) membawa risiko geopolitik yang bisa mempengaruhi harga minyak,” kata Frank Klumpp, analis minyak di Landesbank Baden-Wuerttemberg yang berbasis di Stuttgart, Jerman.
Seperti dilansir Reuters, Senin (10/4/2017) harga minyak mentah berjangka Brent yang menjadi patokan internasional berada di level USD55,39 per barel pada pukul 01.09 GMT, atau meningkat hingga 15 sen dengan mendekati 0,3% dari sesi terakhir perdagangan. Sementara harga minyak mentah AS West Texas Intermediate (WTI) naik 24 sen atau 0,5% menjadi USD52,48 per barel.
Para pelaku pasar mengatakan penguatan harga minyak pada awal perdagangan didukung oleh penguatan permintaan global dan juga seiring ketidakpastian politik setelah serangan udara rudal AS di Suriah akhir pekan lalu. Bank ANZ mengatakan lonjakan permintaan minyak awal pekan hari ini, dilatar belakangi mulai adanya keseimbangan di pasar minyak Internasional.
Harga minyak mentah dunia pada perdagangan awal pekan hari ini, kokoh berada dalam jalur positif didukung penguatan permintaan serta dipengaruhi ketidakpastian politik di Suriah. Meski begitu kegiatan pengeboran minyak AS terus meningkat dan mencetak keuntungan.