Harga minyak dunia berakhir lebih rendah | PT Kontak Perkasa Futures Cabang Surabaya
Badan Energi Internasional (IEA) pada Senin (6/3) menyatakan produksi minyak AS diperkirakan akan kembali menguat dan tumbuh sebesar 1,4 juta barel per hari pada 2022, jika harga tetap sekitar 60 AS dolar per barel. Perusahaan jasa ladang minyak Baker Hughes mengatakan pada Jumat lalu (3/3), perusahaan-perusahaan pengeboran minyak AS menambahkan tujuh rig minyak dalam pekan yang berakhir 3 Maret menjadi berjumlah 609 rig, paling banyak sejak Oktober 2015.
Harga patokan AS, minyak mentah light sweet atau West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman April turun 0,06 dolar AS menjadi menetap di 53,14 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange. Sementara itu, patokan global, minyak mentah Brent North Sea untuk pengiriman Mei, turun 0,09 dolar AS menjadi ditutup pada 55,92 dolar AS per barel di London ICE Futures Exchange.
Harga minyak dunia berakhir lebih rendah pada Selasa (77/3), tertekan ekspektasi kenaikan persediaan minyak di Amerika Serikat.
Analis mengatakan pasar memperkirakan data akan menunjukkan persediaan minyak AS naik ke rekor tertinggi. Badan Informasi Energi AS (EIA) akan merilis Laporan Status Bahan Bakar Minyak mingguan pada Rabu waktu setempat.
Harga Minyak Dunia Turun Tipis Tertekan Laporan AS | PT Kontak Perkasa Futures Cabang Surabaya
Produksi minyak AS diperkirakan akan kembali menguat dan tumbuh sebesar 1,4 juta barel per hari pada 2022, jika harga tetap sekitar USD60 per barel, kata Badan Energi Internasional (IEA).
Perusahaan-perusahaan pengeboran minyak AS menambahkan tujuh rig minyak dalam pekan yang berakhir 3 Maret menjadi berjumlah 609 rig, paling banyak sejak Oktober 2015, perusahaan jasa ladang minyak Baker Hughes mengatakan pada Jumat lalu.
Patokan AS, minyak mentah light sweet atau West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman April turun USD0,06 menjadi USD53,14 per barel di New York Mercantile Exchange. Sementara itu, patokan global, minyak mentah Brent North Sea untuk pengiriman Mei, turun USD0,09 menjadi ditutup pada USD55,92 per barel di London ICE Futures Exchange.
Harga minyak dunia berakhir lebih rendah pada Selasa (Rabu pagi WIB). Minyak dunia kembali tertekan ekspektasi kenaikan persediaan minyak di Amerika Serikat.
Analis mengatakan, pasar memperkirakan data akan menunjukkan persediaan minyak AS naik ke rekor tertinggi. Badan Informasi Energi AS (EIA) akan merilis Laporan Status Bahan Bakar Minyak mingguan pada Rabu waktu setempat.
Menunggu Data Persediaan AS, Harga Minyak Tertekan | PT Kontak Perkasa Futures Cabang Surabaya
Namun, kenaikan harga minyak tersebut bisa saja terganggu karena adanya peningkatan produksi dari beberapa negara yang tidak ikut dalam kesepakatan tersebut. Falih menekankan, OPEC tak akan membiarkan negara lain yang tak ikut dalam kesepakatan memanfaatkan momentum kenaikan harga minyak ini.
Pada Mei nanti, OPEC akan kembali menggelar pertemuan. Diharapkan kelompok tersebut memperpanjang kesepakatan pengendalian produksi yang sebelumnya ditargetkan selesai selama enam bulan saja.
Managing partner PSW Investments, Woodland Park, New Jersey, AS, Phil Davis menjelaskan, harapan OPEC untuk mendorong kenaikan harga sulit terwujud di saat beberapa negara yang tidak ikut dalam kesepakatan justru mendorong produksi. "Harapan OPEC tak realistis," jelas dia.
The US Energy Information Administration (EIA) memproyeksikan produksi minyak AS akan naik menjadi rata-rata 9,2 juta barel per hari pada 2017 dan meningkat menjadi 9,7 juta barel per hari pada 2018. Jika benar maka ini akan menjadi rekor tertinggi sejak 1970.
Pada konferensi energi di Houston, AS, Menteri Perminyakan Saudi Arabia Al-Falih mengatakan bahwa kesepakatan antara negara-negara yang tergabung dalam OPEC dan juga beberapa negara lain di luar OPEC untuk menahan produksi telah memberikan dampak positif ke harga minyak.
Sejak kesepakatan tersebut dibentuk pada akhir November 2016 dan kemudian dilaksanakan sejak awal Januari 2017, harga minyak terus merangkak naik. Semula harga minyak berada di kisaran US$ 40 per barel dan saat ini telah mencapai rata-rata UUS$ 55 per barel.
Harga minyak tergelincir pada penutupan perdagangan Selasa (Rabu pagi waktu Jakarta). Pelaku pasar sedang menunggu data persediaan minyak Amerika Serikat (AS) yang selama ini terus mengalami peningkatan.
Mengutip Reuters, Rabu (8/3/2017), harga minyak Brent tergelincir sembilan sen atau 0,2 persen dan menetap di US$ 55,92 per barel. Sementara harga minyak West Texas Intermediate (WTI) kehilangan enam sen atau 0,1 persen dan menetap di US$ 53,14 per barel.
AS terus menerus meningkatkan produksi minyak dalam beberapa bulan terakhir sementara negara-negara yang tergabung dalam organisasi pengekspor minyak (OPEC) justru menekan produksi sejak awal Januari kemarin.
Data persediaan minyak di AS akan segera keluar pada Selasa malam waku setempat. Pada pekan lalu, persediaan minyak mentah di AS bertambah 1,9 juta barel.
PT Kontak Perkasa