Posted by PT. Kontak Perkasa Futures News on Senin, 12 Desember 2016
Pembicaraan 10 menit dengan Presiden Tsai Ing-wen itu adalah yang pertama diilakukan presiden terpilih atau presiden AS sejak Jimmy Carter mengubah pengakuan diplomatik AS dari Taiwan ke China pada 1979.
Ternyata komunikasi telepon presiden terpilih AS Donald Trump dengan presiden Taiwan memerahkan telinga Beijing. Kesepakatan ini kemudian dikukuhkan Presiden Jimmy Carter yang mengakui Taiwan sebagai "bagian" dari China.
Sejak saat itu, secara resmi AS mengakui Taiwan sebagai "bagian" dari China. Hal inilah yang membuat pemerintah Beijing berang. Para pejabat AS mengatakan, terbang lintas pesawat pengebom itu merupakan cara China mengirikan pesan kepada pemerintahan baru AS.
Alhasil, pemerintah China mengirimkan pesawat pengebom Xian H-6 terbang melintas di wilayah "sembilan garis putus" yang disengketakan di Laut China Selatan.
Sejumlah pejabat AS kepada stasiun televisi Fox News mengatakan, pesawat itu terbang di atas beberapa pulau sengketa. Xian H-6 adalah versi China dari pesawat jenis Tupolev Tu-16 buatan Rusia. Pesawat ini sudah beberapa kali diuji coba untuk menjatuhkan bom.
Pentagon dikabarkan mengetahui terbang lintas ini pada Jumat pekan lalu dan para pejabat Pentagon memastikan itu adalah penerbangan pesawat pengebom jarak jauh pertama dalam 18 bulan terakhir. Fox News mengabarkan, Laksamana Harry Harris, panglima Komando Pasifik AS telah beberapa kali memperingatkan soal peningkatan kekuatan militer China di Laut China Selatan.
Satelit bahkan telah merekam kegiatan China mempersiapkan rudal-rudal darat ke udara untuk dikirimkan dan ditempatkan di pulau-pulau sengketa.
Di bawah kebijakan ini, AS tetap menjaga hubungan tak resmi dengan Taiwan sementara mengakui Beijing sebagai representasi pemerintah China. AS pertama kali mengadopsi kebijakan "satu China" pada 1972 setelah pertemuan Presiden Richard Nixon dan pemimpin China Mao Tse-tung.