Posted by PT. Kontak Perkasa Futures News on Jumat, 16 Desember 2016
Facebook mengatakan, segera membuat cara guna mencegah penyebaran berita palsu. Langkah ini diambil menyusul kritikan yang menyebut Facebook tidak melakukan pencegahan penyebaran kabar bohong selama kampanye pemilihan presiden AS.
Facebook mengatakan para pengguna akun akan lebih mudah menunjukkan artikel palsu di timeline mereka sebagai hoax, dan akan bekerja sama dengan organisasi seperti situs pengecek fakta seperti Snopes, untuk mengecek kebenaran sebuah berita.
Perusahaan jejaring sosial ini sudah terlibat banyak kontroversi sepanjang tahun sehubungan dengan kebijakan pemantauan dan isi dari sekitar 1,8 miliar penggunanya di seluruh dunia. Bila situs seperti Snopes mengetahui sebuah artikel palsu, Facebook kemudian membuat berita itu sebagai disputed (dipertanyakan) lalu dikaitkan dengan artikel yang menjelaskan mengapa berita itu palsu.
Meski demikian, Facebook juga mengatakan, mereka menangani masalah ini dengan sangat berhati-hati. "Kami percaya untuk memberikan warga suara, dan kami tidak bisa menjadi penentu kebenaran sendiri," kata wakil presiden Facebook Adam Mosseri.
Facebook menekankan, cara terbaru ini merupakan bagian dari proses berlanjut untuk memperbaiki dan menguji cara menangani beredarnya berita-berita palsu. Menjelang pemungutan suara di Amerika Serikat pada 8 November, pengguna Facebook melihat berita yang berisi dukungan Paus Fransiskus untuk Donald Trump.
Facebook menambahkan bahwa artikel yang dipertanyakan akan menjadi prioritas rendah dalam timeline, dan setelah berita itu diketahui palsu, maka tidak akan dipromosikan.
Berita lain adalah seorang agen federal yang sedang menyelidiki calon presiden Partai Demokrat Hillary Clinton, ditemukan tewas. Sebelumnya, Facebook mengandalkan para penggunanya untuk melaporkan posting-an yang bersifat 'menyerang'.
Alat baru ini muncul beberapa pekan setelah Direktur Eksekutif Facebook Mark Zuckerberg mengatakan adalah 'hal yang gila' bahwa berita palsu di Facebook memengaruhi pemilih dan menguntungkan Donald Trump. Setelah menerima laporan, staf Facebook kemudian memeriksa apakah posting-an itu memenuhi persyaratan yang ditetapkan.