Sektor perdagangan paling serap banyak tenaga kerja | pt kontak perkasa futures sudirman
Sebaran tenaga kerja antarkawasan dan antarpulau secara umum menunjukkan, lebih dari 81 persen terkonsentrasi di Kawasan Barat Indonesia. Sebanyak 44,6 juta orang tenaga kerja berlokasi di pulau Jawa, atau 63,38 persen terhadap seluruh perusahaan di Indonesia. Sementara sisanya, di Kawasan Timur Indonesia.
“Jumlah tenaga kerja terbanyak ada di pulau Sulawesi dengan persentase 6,82 persen,” katanya.
Sebagai informasi, sensus ekonomi 2016 menghasilkan setidaknya ada 26,71 juta usaha atau perusahaan non pertanian.
Jumlah tersebut, meningkat 17,51 persen dibandingkan dengan hasil sensus ekonomi 2006, yang hanya 22,73 juta usaha. Menilik dari skala, 26,26 juta usaha bersakala usaha mikro kecil, dan 0,45 juta usaha berskala usaha menengah besar.
“Sebagian tenaga kerja di Indonesia, bekerja di usaha perdagangan besar dan eceran, industri, dan penyediaan akomodasi makan dan minum,” jelas Kepala BPS Suhariyanto, Jakarta, Kamis 27 April 2017.
Kecuk, sapaan akrab Suhariyanto mengungkapkan, posisi kedua ditempati oleh lapangan usaha industri pengolahan sebesar 22,75 persen. Sementara yang ketiga, adalah penyediaan akomodasi dan penyediaan makan minum sebesar 11,97 persen. Dan selebihnya, sebesar 33,47 persen, merupakan lapangan usaha lainnya.
Badan Pusat Statistik melaporkan, lapangan usaha atau perusahaan yang berhasil menyerap tenaga kerja terbesar di Indonesia berasal dari usaha perdagangan besar dan eceran. Yaitu sebanyak 22,4 juta orang, atau 31,81 persen dari tenaga kerja yang ada di Indonesia. Sektor tersebut, termasuk tiga terbesar penyumbang lapangan usaha.
10 Tahun, BPS Catat Jumlah Usaha Nonpertanian Meningkat | pt kontak perkasa futures sudirman
Selanjutnya sebaran usaha berdasarkan wilayah pulau, ia menuturkan, tidak jauh berbeda dengan SE2006. Sebab sebarannya masih didominasi untuk wilayah barat Indonesia yakni Sumatera dan Jawa sekitar 79,35 persen
Sementara distribusi tenaga kerja, menurutnya, sejalan dengan jumlah jenis usaha yang ada saat ini. Usaha perdagangan besar dan eceran menduduki jumlah serapan tenaga kerja tertinggi. Perdagangan besar dan eceran menjadi yang tertinggi sebanyak 22,4 juta orang atau 31,81 persen dari tenaga kerja yang ada di indonesia.
"Kemudian diikuti oleh tenaga kerja lapangan usaha industri Pengolahan sebesar 22,75 persen dan penyediaan akomodasi dan penyediaan makan dan minum sebesar 11,97 persen. Hasil pendaftaran SE2016 akan menjadi kerangka sampel usaha berskala mikro dan kecil, serta direktori usaha/perusahaan berskala menengah dan besar," pungkasnya.
Hasil SE2016 juga menunjukkan distribusi lapangan usaha untuk usaha nonpertanian didominasi perdagangan besar dan eceran, reparasi dan perawatan mobil dan sepeda motor sebanyak 12,3 juta usaha atau 46,17 persen. Kemudian, lapangan usaha penyediaan akomodasi dan penyediaan makan minum sebesar 16,72 persen dan industri pengolahan sebesar 16,53 persen.
Ia menjelaskan, berdasarkan Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia (KBLI) 2015, sebagian usaha nonpertanian yang terdaftar pada SE2016 merupakan Usaha Mikro Kecil (UMK) dengan persentase 98,33 persen atau berjumlah 26,62 juta. Sementara jumlah Usaha Menengah Besar (UMB) hanya 0,45 juta atau sebesar 1,67 persen.
"Penggolongan kategori usaha dalam SE2016 ini dilakukan berdasarkan KBLI 2015," ucap dia.
Badan Pusat Statistik (BPS) menyebut dalam Sensus Ekonomi 2016 (SE2016) bahwa untuk jumlah jenis usaha nonpertanian mengalami peningkatan sebanyak 3,98 juta dibandingkan dengan pada saat Sensus Ekonomi 2006 (SE2006). SE2016 mencatat terdapat 26,71 juta usaha nonpertanian. Sedangkan pada SE2006 hanya tercatat sebanyak 22,73 juta.
"Dari hasil sensus ekonomi ini temuan umum. Bahwa pada Mei 2016 ada 26,71 juta usaha atau perusahaan di luar sektor pertanian," kata Kepala BPS Suhariyanto, dalam sosialisasi hasil SE2016, di Gedung BPS I, Jalan Dr Sutomo, Jakarta, Kamis 27 April 2017.
Hasil Sensus Ekonomi 2016: Perdagangan Dominasi Perekonomian | pt kontak perkasa futures sudirman
"Fokus bagaimana mewujudkan produktivitas rakyat, kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor domestik. Karena kita tahu di mana sebagian besar penduduk indonesia bekerja," katanya.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution menjelaskan, data yang dirilis BPS tentang kondisi dan sebaran usaha di Indonesia bisa dijadikan pegangan bagi pemerintah dalam membuat kebijakan ke depan. Ia menilai, data yang disajikan tentu tak bisa diserap secara tunggal. Artinya, dalam mengambil kebijakan nantinya pemerintah tetap harus menimbang data dan kajian lainnya seperti soal ketimpangan melalui rasio gini, inflasi, kemiskinan, dan pengangguran. "Walau secara makro kualitas pertumbuhan baik, namun penjelasan data diperlukan. Kita perlu lebih baik tentang struktur ekonomi kita," ujar Darmin.
PR-nya memang soal pemerataan kesempatan usaha. Agar usaha bisa tumbuh juga di luar Jawa," ujar Suhariyanto dalam peluncuran hasil pendataan usaha dalam Sensus Ekonomi 2016, di Kantor Pusat BPS, Kamis (27/4).
Meski begitu, Suhariyanto mengatakan bahwa secara makro kondisi perekonomian Indonesia dalam keadaan yang positif. Menurutnya, dengan rasio gini yang sempat turun tipis di tahun lalu menjadi 0,394, dan angka pengangguran yang relatif menurun, pemerintah hanya perlu fokus dalam isu pemerataan.
BPS juga mengulik sebaran data berdasarkan kategori lapangan usaha berdasarkan jenis sektor usaha. Hasilnya, dari 70,32 juta tenaga kerja baik formal dan informal yang ada di Indonesia, 31,81 persen di antaranya atau sebanyak 22,4 juta orang bekerja di sektor perdagangan besar dan eceran. Diikuti pekerja di sektor industri pengolahan sebesar 22,75 persen, akomodasi dan makanan-minuman 11,97 persen, dan selebihnya yakni 33,47 persen tersebar dari pertambangan, konstruksi, pendidikan, hingga kesehatan.
Sementara dilihat dari sebaran usaha berdasarkan letak geografis, BPS mengungkapkan bahwa Indonesia bagian barat masih mendominasi pusat-pusat ekonomi yang ada. Sebanyak 79,35 persen usaha berada di Indonesia bagian barat yakni Pulau Sumatra dan Jawa. Sedangkan bila dirinci lagi, Pulau Jawa sendiri menyumbang 60,74 persen usaha. Artinya, dari 22,73 juta usaha atau perusahaan yang ada di seluruh Indonesia, 16,2 juta di antaranya berada di Pulau Jawa.
BPS juga merinci dari ketiga jenis usaha terbanyak, jenis usaha perdagangan besar dan eceran memimpin di posisi teratas. Terdapat 12,3 juta atau 46,17 persen pelaku usaha yang bergerak di sektor perdagangan besar dan eceran ini. Kemudian sektor usaha akomodasi dan makanan-minuman menduduki tempat kedua dengan porsi 16,72 persen atau 4,47 juta usaha dan sisanya, 16,53 persen atau 4,42 juta usaha bergerak di sektor industri pengolahan.
Kepala BPS Suhariyanto mengungkapkan, sensus ekonomi yang dilakukan sejak 2016 ini menunjukkan besarnya potensi Usaha Mikro Kecil (UMK) di Indonesia. Sensus ekonomi mencatat bahwa dari seluruh usaha yang berjalan di negeri ini, 98,33 persen di antaranya atau sebanyak 26,26 juta usaha tergolong ke dalam UMK. Sementara sisanya, 1,67 persen berskala usaha menengah besar (UMB).
Roda perekonomian Indonesia masih didominasi oleh tiga sektor usaha, yakni perdagangan besar dan eceran, penyediaan akomodasi dan makanan-minuman, serta industri pengolahan. Berdasarkan hasil pendataan usaha dan perusahaan dalam sensus ekonomi yang dilakukan Badan Pusat Statistik (BPS), ketiga sektor usaha tersebut menguasai 79,42 persen dari 22,73 juta usaha yang tercatat di seluruh Indonesia.