Menteri Pertahanan Jerman, Ursula von der Leyen, menolak untuk mengenakan kerudung selama melakukan kunjungan resmi ke Arab Saudi. Ia juga tidak bersedia mengenakan abaya, gaun panjang yang menutupi seluruh tubuh, saat sedang melakukan pembicaraan diplomatik di Riyadh.
Leyen merupakan wanita pertama dalam sejarah Jerman yang menjabat sebagai Menteri Pertahanan. Di Riyadh, politisi Christian Democratic Union itu akan bertemu dengan Wakil Putra Mahkota Mohammad bin Salman al Saud.
"Tentu saya menghormati adat istiadat dan kebiasaan suatu negara. Saya berusaha mematuhi aturan tersebut. Tapi bagi saya, ada batas untuk beradaptasi dengan kebudayaan suatu negara. Saya tidak mengenakan kerudung dan saya memakai celana," ujar Leyen, dikutip The Independent.
Ia menambahkan, tidak ada seorangpun perempuan di delegasinya yang harus mengenakan abaya. Permintaan memakai abaya diakui Leyen telah membuatnya tertekan, karena memilih pakaian adalah hak bagi laki-laki dan perempuan.
Kedutaan Besar Jerman di Riyadh dilaporkan telah menyiapkan abaya saat Leyen dan rombongannya tiba pada Rabu (14/12). Namun, Leyen tetap memutuskan untuk memakai jas biru gelap dan menunjukkan rambut pirangnya. Ia mengikuti Kanselir Jerman Angela Merkel yang menyerukan larangan menggunakan burqa.
Seorang apoteker Iran, Hussam al-Mosawi, mengatakan keputusan Leyen merupakan penghinaan terhadap Arab Saudi. Namun, hal itu hanya menimbulkan sedikit kontroversi karena Michelle Obama, Angela Merkel, Hillary Clinton, Condoleeza Rice, dan mantan ibu negara AS Laura Bush juga tidak mengenakan kerudung dan abaya saat berkunjung ke Arab Saudi.
Di bawah hukum Arab Saudi, wanita tidak bisa bepergian tanpa izin dari wali laki-laki. Wanita juga dilarang berenang di kolam renang umum.
Tolak Pakai Hijab, Menteri Jerman Picu Kemarahan di Arab Saudi
Ursula von der Leyen dan rombongannya tidak memakai hijab atau penutup kepala dan Abaya selama kunjungannya, seperti dilaporkan Daily Express, Rabu (14/12/2016). Seorang menteri dari Jerman telah memicu kemarahan publik di Arab Saudi karena menolak untuk memakai hijab selama berkunjung ke negara kerajaan tersebut.
Menurut sebuah surat kabar Iran, Von der Leyen mengatakan, "Tidak ada perempuan di dalam rombongan saya yang akan diminta untuk memakai abaya.” Namun, perempuan yang menjabat Menteri Pertahanan Jerman sejak 2013 itu menegaskan bahwa ia tetap "menghormati " adat dan tradisi negara itu.
Tak lama setelah pertemuannya dengan Wakil Putra Mahkota Mohammed bin Salman al Saud, warga Arab Saudi riuh berkicau di Twitter untuk mengekspresikan kebencian mereka. Sebab, demikian Von der Leyen, hak untuk memilih pakaian bagi seseorang merupakan hak yang sama-sama dimiliki baik oleh laki-laki maupun perempuan.
Reaksi marah serupa di Twitter juga pernah terjadi setelah, Michelle Obama, tidak mengenakan jilbab dalam lawatan ke negara itu tahun lalu. Ada netizen yang mengatakan, “Menteri Pertahanan Jerman sengaja tidak mengenakan jilbab di Arab. Ini merupakan bentuk penghinaan kepada ke Arab Saudi!"
Von Der Leyen memakai setelan biru tua sementara Mohammed mengenakan penutup kepala tradisional ghutrah. Michael Ohnmacht, seorang pejabat Kedutaan Besar Jerman di Riyadh, dengan cepat mencoba untuk mengalihkan fokus perdebatan.
Angela Merkel, Hillary Clinton, Condoleeza Rice, dan mantan Ibu Negara Laura Bush, semua menolak untuk mengenakan jilbab ketika mereka berkunjung ke Arab Saudi.
Ohnmacht mengatakan, pembicaraan antara Wakil Putra Mahkota, Mohammed, dan Von der Leyen berfokus pada kerja sama di berbagai bidang penting seperti pendidikan dan pelatihan, pertahanan dan keamanan. Sikap "tidak hormat" terhadap negara Teluk Arab itu terjadi beberapa hari setelah Kanselir Angela Merkel menyerukan larangan penggunaan burqa di tempat-tempat umum di Jerman.